Surveilans pinjal dan binatang pembawa penyakit Di wilker pelabuhan juwana Bulan september 2025

Permenkes No 10 Tahun 2023 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Kekarantinaan Kesehatan bahwa Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Semarang
UPT yang melaksanakan upaya mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat di wilayah kerja pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat negara.

Penjelasan pada Permenkes No 2 Tahun 2023 Tentang Peraturan Pelaksanaan PP No 66 Tentang Kesehatan Lingkungan tentang Vektor adalah arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit. Binatang pembawa penyakit adalah binatang selain arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber penular penyakit terhadap manusia. Pengendalian adalah upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko penyakit dan/atau gangguan kesehatan.
Surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit adalah suatu proses analisis yang sistematis dan terus menerus dilakukan melalui pengumpulan dan pengolahan data secara teratur, terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit untuk menghasilkan informasi sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan dalam upaya pengendalian dan didiseminasikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan

Kegiatan ini dilaksanakan bulan September diawali dengan pemetaan pada tanggal 4 September kemudian dilanjutkan dengan pemasangan perangkap pada tanggal 8 – 11 September 2025.

1. Kepadatan Tikus
Analisis data kepadatan tikus dihitung menggunakan success trap. Success trap adalah persentase tikus yang tertangkap oleh perangkap, dihitung dengan cara jumlah tikus yang didapat dibagi dengan jumlah perangkap dikalikan 100%.

Interpretasi hasil bahwa lingkungan mempunyai faktor risiko tinggi terhadap penularan leptospirosis dan penyakit tular tikus lainnya jika nilai success trap tinggi yaitu > 1%. Dan sebaliknya bahwa lingkungan mempunyai faktor risiko rendah terhadap penularan leptospirosis dan penyakit tular tikus lainnya jika nilai success trap rendah yaitu ≤ 1%. Succes trap di Wilker Juwana 3% termasuk dalam lingkungan dengan factor risiko tinggi terhadap penularan leptospirosis dan penyakit tular tikus lainnya

Gambar 1. Pemasangan perangkap tikus

 

Gambar 2. Identifikasi tikus

 

Spesies tikus yang didapat di Wilker Pelabuhan Juwana adalah Rattus tanezumi (5), Rattus norvegicus norvegicus (3), Rattus norvegicus javanus (3) dan Mus musculus (1).

 

2. Survey Pinjal

Setelah tikus dianestesi dilakukan penyisiran, kemudian pinjal yang ddapat dimasukan tube yang berisi alkohol 70%, ditutup dilapisi para film kemudian diberi label. Di simpan dalam Frezer

 

Gambar 3 Penyisiran Tikus

 

3. Identifikasi Pinjal

Pinjal yang didapat 12 pinjal di kirim ke Labkesmas Banjarnegara untuk dilakukan identifikasi. Dari 12 pinjal itu semua termasuk kedalam jenis Xenopyilla cheopis

4. Analisis Data Kepadatan Pinjal

Analisis data kepadatan pinjal dihitung berdasarkan indeks pinjal khusus (IPK) dan indeks pinjal umum (IPU). pinjal khusus adalah jumlah pinjal Xenopsylla cheopis dibagi dengan jumlah tikus yang tertangkap dan diperiksa. Adapun indeks pinjal umum adalah jumlah pinjal umum (semua pinjal) dibagi dengan jumlah tikus yang tertangkap dan diperiksa.

 

Interpretasi hasil bahwa lingkungan mempunyai faktor risiko tinggi terhadap penyakit yang ditularkan oleh pinjal jika nilai indeks pinjal khusus (IPK) tinggi yaitu >1 atau indeks pinjal umum (IPU) tinggi yaitu >2. Dan sebaliknya bahwa lingkungan mempunyai faktor risiko rendah terhadap penyakit yang ditularkan oleh pinjal jika nilai IPK rendah (≤ 1) atau IPU rendah (≤ 2). Indek Pinjal khusus di Wilker Pelabuhan Juwana 1 jadi masih termasuk dalam lingkungan dengan faktor risiko rendah.

5. Deteksi Leptospirosis

Kegiatan yang dilakukan adalah:

Mengambil ginjal kanan dan kiri, dalam 1 tube, kemudian satu ginjal dipotong menjadi 3 bagian selanjutnya dimasukkan dalam tube berisi alkohol 70%, tutup tube dilapisi parafilm, diberi label dan melakukan sterilisasi alat bedah setiap 1 ekor tikus.12 ginjal dikirim ke Labkesmas Banjarnegara untuk dilakukan pemeriksaan deteksi bakteri Leptospira menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR)

Dari 12 sampel ginjal yang diperiksa, 1 sampel dinyatakan positif bakteri Leptospir

Gambar 4. Pengambilan ginjal tikus

 

6. Deteksi Richettsia typhi

12 pinjal yang dikirim ke Labkesmas Banjarnegara dilakukan pemeriksaan deteksi Richettsia typhi menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan hasil 12 pinjal positif.

7. Tindak Lanjut

  1. Instansi BKK Kelas I Semarang Wilker Pelabuhan Juwana
  • Edukasi dan Promkes kepada masyarakat dan lintas sektor melalui sticker/poster kewaspadaan Leptospirosis.
  • Melakukan Suveilans kepada AB Kapal salah satunya pemeriksaan Kesehatan AB Kapal bekerja sama dengan Satpolairud Polres Pati.
  1. Lintas sektor dan masyarakat
  • Perlunya pengendalian tikus secara mandiri dan berkelanjutan.
  • Perbaiki sanitasi lingkungan.
  • Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
  • Segera lakukan pemeriksaan jika terdapat gejala penyakit

 

Gambar 5 Pembagian poster ke Lintas Sektor

 

Gambar 6 Promkes melalui poster ke Ketua RT

 

Gambar 7 Promkes kewaspadaan Leptospirosis melalui poster

 

Gambar 8. Promkes Bahaya Leptospirosis bekerja sama dengan Puskesmas Juwana di Desa Bajomulyo Kecamatan Juwana

 

Bahan bacaan : Pedoman Surveilans dan Pengendalian Tikus, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2021

You may also like...