UJI EFIKASI TEMEPHOS SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI SKALA LABORATORIUM
Pemerintah dan Masyarakat bertanggung jawab melakukan penanggulangan penyakit menular melalui kegiatan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit menular serta bertanggung jawab terhadap akibat yang ditimbulkannya. Dalam pelaksanakan kegiatan tersebut diatas, tenaga entomolog kesehatan dapat memeriksa tempat yang dicurigai berkembangnya vector dan sumber penyakit lain.(1) Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, vektor dan binatang pembawa penyakit. Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit sebagaimana dimaksud meliputi pengamatan dan penyelidikan bioekologi, status kevektoran, status resistensi, efikasi, pemeriksaan spesimen, Pengendalian ektor dengan metode fisik, biologi, kimia, dan pengelolaan lingkungan, serta Pengendalian vektor terpadu terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit. (2)Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit, sedangkan Binatang Pembawa Penyakit adalah binatang selain Artropoda yang dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit (3)
Pelaksanaan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit harus didukung dengan pemeriksaan dan pengujian laboratorium. Pemeriksaan dan pengujian laboratorium yang dapat dilakukan salah satunya meliputi efikasi bahan pengendali. Efikasi adalah kekuatan pestisida atau daya bunuh pestisida yang digunakan untuk pengendalian Vektor dewasa dan larva, serta Binatang Pembawa Penyakit. Pemeriksaan dan pengujian efikasi pestisida dapat dilakukan sebelum atau pada saat bahan pengendalian (pestisida) digunakan atau diaplikasikan di lapangan. Pemeriksaan efikasi dapat menggunakan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit yang berasal dari lapangan tempat aplikasi maupun hasil pembiakan di laboratorium. Pengujian efikasi dilakukan oleh lembaga/laboratorium yang menyelenggarakan fungsi pemeriksaan bidang entomologi.(3)Penggunaan temephos sudah banyak digunakan masyarakat dalam pengendalian jentik Ae. aegypti. Aplikasi temephos di masyarakat digunakan pada berbagai jenis kontainer. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efikasi penggunaan temephos pada berbagai kontainer terhadap Ae. aegypti resisten(4)
II. Tujuan
Melakukan uji efikasi temephos terhadap jentik Aedes aegypti Skala Laboratorium
III. Metode
Metode Kegiatan uji efikasi temephos sebagai Larvasida Aedes aegypti Skala Laboratorium meliputi :
1. Persiapan
a. Pipet plastik 5 ml
b. Nampan plastik warna putih/terang
c. Spidol tahan air
d. Global positioning system/GPS
e. Saringan larva
f. Senter
g. Batu baterai
h. Formulir entomologi
i. Compound microscope
j. Kertas tissue
k. Selang plastik diameter 1cm, panjang 2 meter
l. Plastik larva/pot plastik/botol larva 50 ml
2. Pelaksanaan
a. Larvasida kimiawi temephos
b. Kontainer dengan bahan dari semen, tanah liat, melamin, plastik daur ulang, plastik tidak daur ulang, kaca
c. Aquades
d. Pipet plastik
e. Penghitung waktu
f. Penghitung jumlah larva (Counter)
g. Label
h. Termometer air
i. Formulir hasil pengamatan
3. Interpretasi / penafsiran data paparan 24 jam dilakukan sebagai berikut:
Tabel 1. Formulir data umum wilayah uji efikasi larvasida kimia
Provinsi | Jawa Tengah | Tanggal Uji | 7 Juni 2024 |
---|---|---|---|
Kota | Semarang | nama Penguji | M. Pujianto |
Kecamatan | Semarang Utara | Instansi Penguji | BKK Semarang |
Jenis larvasida | Kimia | ||
Nama Larvasida | Temephos (merk: Abate 1 GR) | ||
Konsentrasi diagnostic | 0,08 g/1 Liter air | ||
Spesies uji | Aedes aegypti | ||
Suhu | 27,5 0C | ||
pH : | 7 |
Wilayah di Kota Semarang yang dilakukan uji efikasi larvasida meliputi Kelurahan Bandarharjo, Kelurahan Tanjung Mas dan Kelurahan Kemijen, dengan pelaksanaan pengumpulan jentik dilakukan oleh Kader Balai Kekarantinaan Kelas I Semarang Wilayah Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
IV. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan uji efikasi temephos sebagai Larvasida Aedes aegypti Skala Laboratorium adalah sebagai berikut :
Tabel 2 : Hasil uji efikasi temephos sebagai Larvasida Aedes aegypti
Berdasarkan tabel 2, kematian jentik tertinggi pada 1 jam pertama pada bahan kontainer kaca yaitu sebesar 56%, sedangkan kematian jentik paling rendah pada kontainer plastik yang tidak dapat didaur ulang sebesar 16 %. Setelah paparan temephos selama 24 jam, kematian jentik mencapai 100% pada semua jenis bahan kontainer.
Penelitian yang sama menunjukkan hasil dosis temephos yang dapat membunuh larva nyamuk Aedes sp. sebesar 8 mg/100 liter air dalam waktu 90 menit dan membunuh larva nyamuk Culex sp. pada dosis sebesar 8 mg/100 ml air dalam waktu 60 menit. Daya bunuh temephos terhadap larva Aedes sp. lebih lama dibandingkan dengan larva Culex sp. (5). Kematian larva 100 % pada kelompok temephos 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa larva Aedes aegypti di Kelurahan Mayang Mangurai masih rentan dengan temephos 1%, sehingga temephos 1% masih efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti. (6). Penggunaan larvasida dengan konsentrasi 0,05 gram/liter; 0,1 gram/liter; dan 0,2 gram/liter sudah tidak efektif untuk membunuh larva Ae. aegypti di tiga desa endemis Demam Berdarah Dengue di Kota Banda Aceh. Ketiga isolat larva telah resisten terhadap temephos, baik resisten moderat dan tinggi, dengan rata-rata waktu melebihi 24 jam untuk membunuh 50% dan 95% larva (7), ada perbedaan efektivitas pemakaian temephos pada berbagai kontainer terhadap jentik Ae. aegypti resisten malation, permethrin, lamda-cyhalothrin dan bendiocarb. Kontainer tanah liat cenderung memiliki efektivitas yang rendah jika dibandingkan dengan jenis kontainer lainnya karena porositas tanah liat lebih besar dari jenis kontainer lain. Porositas menyebabkan temephos terserap oleh kontainer dari bahan tanah liat sehingga dapat mengurangi dosis temephos. Pemakaian temephos pada kontainer jenis tanah liat, enamel dan plastik efektif membunuh jentik Ae. aegypti resisten terhadap malathion, permethrin, lamda-cyhalothrin dan bendiocarb masing-masing sampai 8,5; 10,5; dan 14 bulan, sedangkan pada kontainer jenis kaleng, semen dan stainless steel efektif 11,5 bulan (4). Pada konsentrasi terendah 0,0025 mg/l persentase kematian larva Ae. aegypti sebesar 69%. Pada konsentrasi diagnosis WHO (0,02 mg/l), persentase kematian larva Ae. aegypti mencapai 98%. Persentase kematian sebesar 100% terjadi pada konsentrasi tertinggi yaitu 0,08 mg/l. Ada perbedaan jumlah kematian larva Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi temephos (8).
Dosis abate yang dapat membunuh larva nyamuk Aedes sp. sebesar 8 mg/100 liter air dalam waktu 90 menit dan membunuh larva nyamuk Culex sp. pada dosis sebesar 8 mg/100 ml air dalam waktu 60 menit. Daya bunuh abate terhadap larva Aedes sp. lebih lama dibandingkan dengan larva Culex sp.(5) kematian larva 100 % pada kelompok abate 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa larva Aedes aegypti di Kelurahan Mayang mangurai masih rentan dengan abate 1%, sehingga abate 1% masih efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti.(6)Penggunaan larvasida dengan konsentrasi 0,05 gram/liter, 0,1 gram/liter dan 0,2 gram/liter sudah tidak efektif untuk membunuh larva Ae. Aegypti di Tiga Desa Endemis Demam Berdarah Dengue di Kota Banda Aceh. Ketiga isolat larva telah resisten terhadap temefos, baik resisten moderat dan tinggi, dengan rata-rata waktu melebihi 24 jam untuk membunuh 50% dan 95% larva(7) ada perbedaan efektivitas pemakaian temephos pada berbagai kontainer terhadap jentik Ae.aegypti resisten malation, permethrin, lamdacyhalithrin dan bendiocarb. Kontainer tanah liat cenderung memiliki efektivitas yang rendah jika dibandingkan dengan jenis kontainer lainnya karena porositas tanah liat lebih besar dari jenis kontainer lain. Porositas menyebabkan temephos terserap oleh kontainer dari bahan tanah liat sehingga dapat mengurangi dosis temephos. Pemakaian temephos pada kontainer jenis tanah liat, enamel dan plastik efektif membunuh jentik Ae. aegypti resisten terhadap malation, permethrin, lamdacyhalithrin dan bendiocarb masing-masing sampai 8,5, 10,5, dan 14 bulan, sedangkan pada kontainer jenis kaleng, semen dan stainless steel efektif 11,5 bulan(4) Pada konsentrasi terendah 0,0025 mg/l persentase kematian larva Ae. aegypti sebesar 69%. Pada konsentrasi diagnose WHO (0,02 mg/l), persentase kematian larva Ae. aegypti mencapai 98%. Dan persentase kematian sebesar 100% terjadi pada konsentrasi tertinggi yaitu 0,08 mg/l. Ada perbedaan jumlah kematian larva Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi temephos(8)
V. Kesimpulan
1. Kematian jentik uji setelah paparan temephos selama 24 jam sebesar 100%.
2. Larvasida dengan bahan aktif temephos 1GR masih efektif digunakan untuk mengendalikan jentik Aedes aegypti.
VI. Saran dan Rencana Tindak Lanjut
1. Memberikan edukasi ke masyarakat tentang hasil uji efikasi temephos sebagai Larvasida Aedes aegypti
2. Melakukan perluasan dan periodisasi uji efikasi di wilayah Kerja Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Semarang
3. Melakukan uji efikasi dengan bahan lain untuk mencari referensi bahan larvasidasi
VII. Penutup
Demikian Dokumen Uji Efikasi temephos sebagai Larvasida Aedes aegypti Skala Laboratorium dibuat. Laporan ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai status kerentanan dan resistensi jentik nyamuk di wilayah Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Semarang.
DOKUMENTASI KEGIATAN
Penulis : M. Pujianto, SKM, M.Kes (Entomolog Kesehatan Ahli Muda)
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan R.I. UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan R.I., 17 2023: Kementerian Kesehatan R.I.; 2023.
2. Kementerian Kesehatan R.I. PP Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. Kementerian Kesehatan R.I., 66 Indonesia: Kementerian Kesehatan R.I.; 2014.
3. Kementerian Kesehatan R.I. PMK No. 2 Th 2023 ttg Peraturan Pelaksanaan PP No. 66 Th 2014 ttg Kesehatan Lingkungan-signed. Kementerian Kesehatan R.I., 2 Indonesia: Kementerian Kesehatan R.I.; 2023.
4. Setiyaningsih R, Lasmiati Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga Jl Hasanudin dan. Efikasi Larvasida Temephos Terhadap Aedes Aegypti Resisten Pada Berbagai Kontainer The Eficacy Of Temephos Larvacide Against Aedes Aegypti Resistante Strain In The Containers Type. Vol. 7. 2015.
5. Suparyati. Uji Daya Bunuh Abate Berdasarkan Dosis Dan Waktu Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Sp Dan Culex Sp. Jurnal Pena. 2020 Sep;34(2).
6. Fenisenda A, Rahman Ao. Uji Resistensi Larva Nyamuk Aedes Aegypti Terhadap Abate (Temephos) 1% Di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Pada Tahun 2016.
7. Muhammad R, Asmawati A, Rafsanjani TM, Husna H, Hamzah DF. Efektivitas Larvasida Temefos Dengan Konsentrasi Berbeda Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti Di Tiga Desa Endemis Demam Berdarah Dengue Kota Banda Aceh. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan). 2022 Nov 11;7(4):308.
8. Sinaga LS, Dian Saraswati L, Peminatan Entomologi KesehatanFKM UNDIP M, Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik D. Status Resistensi Larva Aedes aegypti (Linnaeus) terhadap Temephos (Studi di Kelurahan Jatiasih Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat) [Internet]. Vol. 4. 2016. Available from: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm